Tweet |
Oleh Abu Miftah
Sebagai makhluk sosial, hidup bermasyarakat tidak dapat kita
hindari. Tentu dengan segala konsekwensi bukan merupakan alasan bagi
seseorang untuk menghindar, lalu menarik diri untuk bergaul di tengah
masyrakatnya. Apalagi lari dari tanggung jawab. Bukankah Islam
mengajarkan umatnya untuk hidup membaur di tengah msyarakatnya dengan
berbagai konseksewensi yang harus ditanggungnya.
Cerita ini berawal disebuah perumahan dikawasan Bogor. Bagi
kebanyakan orang tinggal di komplek menjadi pilihan yang tepat, selain
nyaman, aman, juga sejuk terlebih tinggal dipinggiran ibu kota Jakarta.
Perumahan yang di huni rata-rata muslim, mempunyai daya tarik
tersendiri. Terlebih adanya musolah yang selalu ramai untuk beribadah.
Siapapun yang beribadah disana merasa senang, karena setiap sholat tidak
kurang 2 shaf terpenuhi, itupun untuk sholat Zhuhur dan Asyar,
sedangkan Magrib dan Isya lebih dari 2 shaf bahkan subuhpun tak kurang
dari 2 shaf. Jika diukur dari tingkat usia, musolah ini bukan hanya
ramai dengan orang tua anak-anak tak mau ketinggalan.
Dibalik kekhusuaan musolah itu ada tokoh yang sangat dikenal dengan
sifat kepiawaannya. Ia sorang ahli agama. Maklum saja lulusan salah
kampus Islam terkemuka negeri ini segudang gelar menempel didadanya.
Kepiawainya dalam ceramah punya style tersendiri. Selain mampu mengupas
buku yang dibacanya, Informasi yang update bahkan temapun selalu
berkembang dengan sesekali menyindir terhadap masyarakat.
Cerita ini dimulai dari kegiatan anak-anak pada sebuah lembaga non
formal.(gratis) Lembaga ini memang setiap minggunya selalu ramai
dikunjungi anak-anak untuk belajar. Tak terkecuali anak-anak diluar
kompleks. Lembaga ini menamakan dirinya Taman Baca dan Dongeng. Segudang
kreatifitas diajarkan untuk anak-anak. Setahun sudah lembaga ini
berkiprah tanpa halangan, namun seiring waktu lembaga ini menunaikan
programnya. Saat itu berharap dapat disinergikan dengan kegiatan
anak-anak warga yang selama ini vakum. Dengan prosedural yang ketat.
Dari pengajuan ke ketua RT hingga rapat warga. Hasil nya menjadi buntu,
sungguh mengecewakan, proposal ditolak mentah-mentah dengan dalih,
Lembaga ini minta dana ke warga dan ironisnya ketika rapat lembaga ini
disudutkan dengan pertanyaan yang menyudutkan, dari binaan bukan anak
warga, bukan anak TPA musolah sampai isu kampanye 2014 dari partai
tertentu.
Tekad bulat akhirnya program berjalan sebagaimana mestinya. Dengan
bertema Semarak Akhir Tahun bersama anak yatim/dhuafa, lembaga ini terus
berkeras memperjuangkan program ini. Berjibaku dengan mencari donatur
hingga fihak sponsor. Allah mengabulkan doanya. Rasa syukur tak
terbentung. Program ini berjalan tanpa seperpun donasi dari warga.
Sejumlah tokoh diundang tak terkecuali Sang Piawai untuk mengisi
ceramah, namun beliau meminta kesempatan lain waktu, karena
kesibukannya. Opini berkembang, cerita bukan sampai disini. Salah
seorang remaja dari salah satu seorang Guru TPA yang tak merespon
kegiatan ini bahkan anaknya sempat latihan nge- MC namun secara mendadak
mengurung niatnya. Tak habis pikir, padahal ini melibatkan anak-anak
dan remaja kompleks.
Nasi sudah menjadi bubur, walau sempat diguyur hujan namuan dengan
dukungan berbagai lembaga dan donatur akhirnya program ini berjalan
lancar. Anak-anak telah memenuhi hak berkreasi dan anak-anak
yatim/dhuafa mendapatkan santunan. Belum usai menarik nafas, ternyata
ada khabar selepas Isya Sang Piawai bersama kelompok dan pendukungnya
membuat acara katanya muhasabah dan makan-makan bersama warga.
Ini sebuah oase yang mungkin dapat dipetik., dulu kita berpikir bahwa
hidup bermasyarakat di perumahan penuh damai dan kebahagian, ternyata
semuanya sirna (isapan jempol). Seharusnya kita duduk bersama (tabayun) ,
tidak bicara berdasarkan opini.
Rasulullalh saw bersabda,
الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ ،
أَفْضَلُ مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لا يُخَالِطُ النَّاسَ ، وَلا يَصْبِرُ
عَلَى أَذَاهُمْ
“Seorang mu’min yang bergaul di tengah masyarakatnya dan sabar
terhadap gangguan mereka, lebih baik dari mu’min yang tidak berbaur
dengan masyarakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka.” (HR. Ahmad
dan Bihaqi. Dinyatakan shahih oleh Al-Albany dalam Silsilah Al-Ahadits
Ash-Shahihah, no. 939)
Inilah sebuah refleksi akhir tahun sesunguhnya. Amiin
Sumber:
http://www.eramuslim.com/oase-iman/abu-miftah-hikmah-dibalik-kehidupan-bermasyarakat.htm
http://www.eramuslim.com/oase-iman/abu-miftah-hikmah-dibalik-kehidupan-bermasyarakat.htm
0 komentar: