Ketika Izrail Mengajarkan Arti kehidupan

Oleh Fery Ramadhansyah

Sudah seminggu ia menahan sakitnya. Semula kiranya penyakit itu cuma biasa saja. Hanya sekedar masuk angin dan demam. Tapi tiga hari berlalu sejak ia sakit, tubuhnya lambat laun tidak sanggup lagi menahan sakit yang dirasa, hingga hari –hari berikutnya pun terpaksa harus dibawa ke klinik terdekat untuk mencari tau penyakit apa. Namun, karena memang yang menanganinya adalah dokter umum, katanya hanya sakit biasa. Dan dokterpun memberi obat.

Berjalan hari keempat dan seterusnya, sesaat obat yang diberikan itu cukup manjur . Ia pun meresa agak sedikit membaik, tapi masih tetap lemas tak berdaya. Terbayang dahulu sewaktu dirinya masih sehat wal afiat. Dengan perawakan tubuh yang gagah meski agak tidak seimbang berat tubuhnya dengan tinggi badannya. Namun, tidak tergolong pendek juga. Dada yang bidang, dan yang paling khas adalah senyumnya agak sedikit nyengir serta model bicaranya yang selalu diringi dengan tawa. Sampai kami pun heran melihatnya, meski yang dibicarakan tidak lucu tapi dia juga tertawa. Ya, begitulah dia dari kecilnya.

Saat kondisi tubuhnya telah lemah lunglai, seringkali ketika berjalan dia terjatuh. Hingga di hari ketujuh kami semua berkumpul, dan waktu itu ia meminta kepada ibu kami untuk segera dibawa ke rumah sakit dan dicek darah. Sebenarnya ia pernah meminta itu dua hari sebelumnya. Ia minta agar ibu kami membawanya ke rumah sakit. Ia bilang, gunakan uang miliknya yang berjumlah enam ratus ribu itu setengahnya untuk berobat, dan setengahnya lagi disumbangkan untuk anak yatim. Dan sempat malamnya dia minta dibacakan al quran oleh Ibu kami, karena merasa hatinya begitu gelisah.

Dan ia pun segera dilarikan ke rumah sakit. Hasil cek darah, Trombositnya turun drastis. Dua hari dirawat, namun kondisinya bukan makin membaik. Tubuhnya pucat, selalu merasa panas, walau suhu AC sudah di derajat paling rendah dan parahnya lagi ia harus bernafas dibantu oksigen. Dengan ketersediaan alat dan tenaga medis yang terbatas, kemudian orang tua kami memindahkannya ke rumah sakit lain.

Lantas iapun langsung ditempatkan di ruang ICU. Hari pertama pemeriksaan, diketahui paru-parunya sebelah kiri sudah terendam cairan hingga letak jantung agak bergeser. Selama empat hari dirawat intensif, tidak ada perkembangan. Walau kami telah memberikan transfusi trombosit sebanyak empat kantong. Dan mungkin, karena itulah hari kelima ia dikeluarkan dari ICU dan ditempatkan di ruang biasa. Barangkali, itu bahasa Dokter sebagai ganti ucapan untuk mengatakan bahwa adik kami itu tidak bisa ditangani lagi.

Kami juga sudah tawakkal, dan tetap memberi semangat kepadanya. Masih segar dalam ingatan, bagaimana sang ibu dengan setia menemaninya. Tidak kenal lelah ataupun ngantuk. Begitu juga ayah yang mendampinginya. Hingga dipenghujung hayatnya, setelah sebelumnya ia meminta diriku untuk selalu membacakannya Al quran. Dan ia pun menyuruh ibuku tidak boleh beranjak dari sisinya. Sampai ajal pun tiba, utusan Allah yang bernama Izrail datang menjemputnya. Tanggal dua april jam sebelas kurang sepuluh malam, adik kami tercinta Rizky Ferdiansyah menemui Allah Sang pencipta.

Ini adalah pengalaman pertamaku melihat sekaligus mendampingi orang yang tengah sakaratul maut. Benar dalam syair qasidah, bila izrail datang memanggil jasad terbujur dipembaringan, sekujur tubuh akan menggigil seluruh badan dan kedinginan. Itulah yang tampak jelas dimataku saat menyaksikan sang adik tercinta, diusinya yang cukup belia, baru beranjak dua puluh dua tahun yang direncanakan tahun depan selesai kuliah, namun ternyata riwayat hidupnya sudah selesai terlebih dahulu.

Bagi yang meninggal, kematian adalah kelahiran jiwa, layaknya janin yang lahir dari tubuh. Kematian adalah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah kehidupan yang lebih lama dari kehidupan dunia saat ini. Dan biasanya, bagi setiap mukmin, manakala ajal telah tiba ia akan berkata pada malaikat izrail untuk segera membawa ruhnya ke hadirat Allah. Bagi mereka, berpisahnya ruh dari jasad itu bagaikan tubuh yang meninggalkan perahu, demi urusan bisnis di sebuah pulau, tanpa meninggalkan perahu bagaimana bisnis bisa memberikan buah dan keuntungan. Oleh karenanya, beruntung orang yang berbekal takwa. Maka penantiannya di alam barzakh, serasa berada di taman dan tidur di dalamnya, sampai ditiupkan sangkakala pertanda kiamat tiba.

Bagi yang ditinggalkan, sungguh kematian itu menjadi pelajaran yang sangat berharga. Pertama ; semua yang kita miliki adalah titipan. Termasuk juga usia yang dimiliki. Dan yang namanya titipan, kita hanya berhak memakainya, bukan memilkinya. Itu artinya, kapanpun Sang empunya mau mengambil kembali, itu adalah haknya. Dan kitapun pasrah. Hanya saja, kita tidak tahu kapan. Dan ini sengaja dirahasiakan sang Khalik, agar kita senantiasa bersiap diri kapan saja. Jadi, sungguh tidak pantas, karena rasa cinta berlebih, lantas orang yang ditinggalkan terus mengenang, meratap dan terkadang sampai menyesali kenapa hal itu bisa terjadi. Itu artinya, kita tidak terima takdir Allah. Dan tidak rida dengan keputusan yang Allah buat.

Kedua ; Benar ungkapan : “ cukuplah menjadi pelajaran yang begitu berharga dengan sebuah kematian”. Dalam banyak riwayat, Rasulullah sering mengingatkan agar umatnya memperbanyak mengingat mati. Mengingat masa-masa dimana begitu sulitnya tubuh melepas ruh. Saat itu dunia dan seisinya menjadi tidak berarti sama sekali. Maka hanya amal kebaikanlah yang akan menjadi teman setia bagi kita di kehidupan setelah dunia ini.

Ketiga ; Semua malaikat itu patuh terhadap perintah Allah. Begitu halnya juga dengan Izrail, setelah dirinya diberi mandat untuk menemui fulan bin fulan pada waktu yang telah ditentukan, maka dia pun akan melaksanakan tanpa ada rasa enggan. Dan kematianpun pasti akan datang kepada setiap orang. Yang namanya ajal, walau bersembunyi dibalik terali besi sekalipun tidak akan bisa mengubah dari waktu yang ditentukan. Bukan karena sakit, Izrail menghampirinya. Bukan juga karena usia lanjut. Tapi Izraii mencabut nyawa seseorang karena itu adalah perintah Allah yang telah tercatat dalam qada’ dan qadar. Kalau pun sudah jadwalnya, orang bisa mati meski tanpa penyakit. Ataupun tidak sedikit orang yang sudah uzur dan juga sakit-sakit, tapi usianya ditangguhkan karena memang belum masanya.

Selamat jalan wahai adinda Rizky. Aku akan terus berdoa agar dirImu dinaungi RahmatNya. Dan kelak kita dikumpulkan dalam satu keluarga yang dijanjikan Surga oleh-Nya.

ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ‘AFIHI WA’FU ‘ANHU
madhan_syah@yahoo.com

Sumber:
http://www.eramuslim.com/oase-iman/fery-ramadhansyah-ketika-izrail-mengajarkan-arti-kehidupan.htm