Surat Untuk Bapak

Oleh Raya Shaleem

Tak sengaja saya menemukan secarik kertas di kamar baru saya, disebuah flat di Kuala Lumpur. Berikut isinya:

Andaikan waktu berputar ke masa lalu
Masa dimana disetiap pagi selalu ada cerita yang selalu aku kisahkan kepada Bapak

Seringkali saya bertanya dalam setiap doa:
“Allah, bagaimana kabar Bapakku? Aku yakin ia baik-baik saja bersamamu Tuhan, karena Engkau akan memberikan tempat terbaik”

Seringkali saya bertanya dalam rasa rindu yang tengah memuncak:
“Bapak, apakah jalan ini yang engkau inginkan? Sungguh, aku tak tahu cita-cita yang engkau harapkan dariku. Aku hanya bisa melakukan apa yang bisa aku lakukan”

Seringkali aku memohon kepadaNya:
“Allah, hadirkanlah bayang dan semangatnya dalam setiap langkahku agar aku pun yakin ia selalu bersamaku”

Lagi-lagi aku pun bertanya dalam setiap lamunanku:
“Bapak, bagaimana perasaanmu jika engkau tahu aku sekarang tengah berusaha untuk mewujudkan mimpi Ibu. Bagaimana perasaanmu Bapak, jika engkau tahu aku telah berhasil masuk PTN dan kini aku mendapatkan beasiswa? Bapak, sekarang aku sedang di negeri seberang melanjutkan studi. Bapak, apakah engkau akan bangga dan bercerita kepada setiap kolega Bapak? Ataukah engkau akan melarangku? Tapi, aku berusaha untuk yakin kalau Bapak akan sangat bangga kepadaku. Karena Ibu dulu bilang kalau Bapak ingin sekali anak-anaknya bisa kuliah di PTN dan kemarin ibu juga bilang kalau Bapak selalu menceritakan anak kolega Bapak yang berhasil kuliah di Mesir. Dan tahukah Bapak, jika pembimbingku pun terlihat sangat senang dan menjabat tanganku erat ketika Beliau tahu aku mendapatkan beasiswa. Saat itulah aku pun merasakan kehadiran Bapak dalam jabatan pembimbingku itu. Jadi aku yakin Bapak akan bangga kepadaku.”

Bapak, aku iri mendengar cerita teman-temanku. Mereka selalu bercerita tentang ayah mereka. Aku pun hanya bisa mendengar dan terkadang berimajinasi, If you were here. Aku tak pernah mengatakan kepergianmu kepada semua orang, hingga mereka pun mengira engkau masih bersamaku.

Seandainya Bapak tahu bagaimana pembimbingku selalu membanggakan aku didepan dosen-dosen dan selalu expect more terhadap studiku. Dan tahukah engkau Bapak, aku tak henti-hentinya menangis ketika pembimbingku kala itu jatuh sakit seperti yang engkau derita 4 tahun lamanya.

Ingin rasanya aku menunggu di rumah sakit seperti yang dulu aku lakukan kepada Bapak. Aku takut hal yang sama terjadi kepada Bapak juga dengan pembimbingku itu. Bapak seandainya engkau tahu, pembimbingku itu selalu menasehati dan mengarahkanku selama ini.

Hingga aku pun selalu menceritakan kepada teman-temanku tentang kebaikan pembimbingku. Pernah suatu ketika aku pun curhat tentang cinta kepada pembimbingku. Entah mengapa tiba-tiba aku kemudian bercerita tentang hubunganku dengan seseorang dan meminta nasehat-nasehat dari pembimbingku itu.

Sesuatu yang sesungguhnya tidak lazim. Sungguh Bapak, aku sangat kehilangan dirimu…Hingga terkadang ketika aku sangat merindukan Bapak, aku terkadang menemui pembimbingku itu. Banyak yang heran kepadaku, mengapa aku sangat dekat dengan pembimbingku itu.

Tapi, Bapak jangan khawatir, tempat Bapak tak akan tergantikan. Kelak, tidak lama lagi, ketika aku sudah bertemu Bapak langsung, aku akan bercerita tentang seluruh kisahku kepadamu. Dan aku yakin, Bapak pasti akan semakin bangga kepadaku…

Allah jagalah Bapakku, pertemukanlah ia dengan orang tuanya dan umat muslim yang Engkau cintai…hadirkanlah ketegarannya dalam setiap letihku, hadirkanlah semangatnya dalam setiap keputusasaanku dan hadirkanlah sosoknya dalam pendampingku kelak…allahuma amin

Sumber:
http://www.eramuslim.com/oase-iman/raya-shaleem-surat-untuk-bapak.htm