Tweet |
Oleh Hanndia
Dalam sebuah kitab Khuluqqul Muslim karya al-Imam Ghozali,
beliau mengatakan bahwa, Jujur atau Benar, ialah memberitahukan
menuturkan sesuatu dengan sebenarnya. Lawanya ialah Dusta, yaitu
memberitakan sesuatu berlainan dengan sebenarnya, walaupun dengan tidak
disengaja.
Alloh SWT menciptkan bumi dan langit berserta isinya dengan benar dan
Alloh memerintahkan manusia membangun kehidupan mereka dengan benar dan
jujur. Mererka tidak diperkenakan berkata dan berbuat sekehendak
hatinya, kecuali dilakukanya di atas kebenaran.
Kelalaian manusia dari prinsif yang sudah jelas ini, mengakibatkan
timbulnya kekecewaaan dan kecelakaan, serta merajalelaanya kebohongan,
kepalsuaan dan khayalan yang menjauhkan mereka dari jalan yang benar,
sehingga mereka mengasingkan diri dari kenyataan yang obyektif yang
harus mereka ikuti. Oleh karena itu manusia dituntut berpegang kepada
kejujuran dengan memperhatikan prinsif kebenaran pada setiap problem
yang dihadapinya dan dilaksanakan di atas ketentuan hukum yang benar.
Dan yang demikian merupakan "Tiang yang kokoh" menurut akhlaq Islam.
Sabda Rasululloh saw, yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yang artinya; "Tinggalkan
apa-apa yang kau ragukan, kepada apa yang tidak kau ragukan. Janganlah
kamu berburuk sangka, karena berburuk sangka itu, ialah sedusta-dustanya
percakapan."
Dan hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzy; "Kerjakan apa yang tidak
kau ragu-ragukan, sesungguhnya kebenaran itu membawa ketenangan, dan
dusta itu menimbulkan keragu- raguan."
Dari ungkapan tersebut bagi kita merupakana kejelasan perintah Alloh
SWT dan Rasululloh saw, yang mana dalam menjalankan akitifitas
kehidupan kita diperintahkan untuk selalu berlaku jujur dan tidak ragu
dalam melakukan pekerjaan, apalah artinya bila kehidupan yang kita
jalani selalu dalam kondisi yang tidak tenang merasa was-was dengan
perbuatan yang kita lakukan.
Islam dalam ajaranya sangat menghormati dan menegakan kebenaran,
mengusir orang- orang pendusta dan menolak keras kehadiran mereka, untuk
mempertegas keburukan perbuatan dusta yang dilarang dan sangat dibenci
oleh Rasululloh Saw, isteri beliau Siti Aisah r.a berkata yang artinya:
"Tiadak ada akhlaq yang paling dibenci Rasululloh saw lebih dari
bohong. Apabila beliau melihat seseorang bohong dari segi apa saja, maka
orang itu tidak keluar dari perasaan hati Rasululloh saw, sehingga
beliau tahu bahwa orang itu telah bertaubat.” (Atsar HR. Ahmad)
Kejujuran bagi seorang Muslim terkadang tak bisa lepas dari kehidupan
sehari-hari, dalam pergaulan, pekerjaan, dalam rumah tangga, juga
bermasyarakat semua berlaku sifat kejujuran karena prinsif ajaran Islam
adalah senantiasa selalu berpegang pada ajaran Agamanya, bagi orang yang
tak berpegang pada prinsif Agamanya, maka orang tersebut telah
melangggar perintah Alloh SWT dan Rasululloh saw. Maka orang tersebut
telah berdosa kepada Alloh selama orang tersebut tidak bertaubat dan
kembali pada ajaran Agamanya maka dosa- dosa tersebut akan mengalir
selama hidupnya, naudzubillah jangan sampai kita seperti itu.
Alloh telah berfirman dalam surat An-Najm [53], ayat 23 & 28:
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah
datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka (QS. An-Najm [53] : 23)
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya
persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. (QS. An-Najm [54] : 28)
Dari keterangan semua ini maka ada prinsif Muslim yang utama harus
diketahui oleh kita semua bahwa setiap muslim itu harus berbicara jujur,
benar, menepati janji, disiplin dan tertib dalam melakukan sesuatu.
Dan bagi seorang munafiq (berkata bukan yang sebenarnya) maka prinsif
yang ada padanya tak lain selalu berbicara dusta, ingkar janji,
berkhianat, memfitnah, melontarkan tuduhan palsu (bohong), memutuskan
hubungan dengan Agama, menipu dan berdusta untuk mengelabui apa yang
sebenarnya terjadi.
Ada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya; "Maukah
saya beritaukan tentang tiga dosa besar." Sahabat menjawab; "Baiklah ya
Rasululloh," Rasululloh saw bersabda; "1. Menyekutkan Alloh, 2. Durhaka
kepada ibu bapak, tandainya menyandar, lalu beliau tegak duduk sambil
bersabda: camkanlah dan, 3. Saksi palsu dan perkataan bohong." Maka
beliau mengulangi persaksian palsu.
Demikian tegas Rasululloh saw memperingatkan tentang dosa dan bahaya
persaksian palsu. Karena perbuatan memalsu adalah dusta yang sangat
menyesatkan dan bukan saja menyembunyikan kebenaran tapi menghapuskan
dan mengantinya dengan yang salah. Bahayanya sangat besar dan
membinasakan, baik orang seorang dalam kasus-kasus tertentu maupun
perusahan-perusahan yang bergerak dalam jasa apapun, semua bila tidak
memegang prinsif kejujuran yang telah ditetapkan agama maka kehancuran
akan datang setiap waktu.
Sebagai perenungan kita, hadits R. Ibnu Abid Dunya; "Perhatikanlah
kejujuran. Dan apabila kamu memandang kebinasaan berada di dalam
kejujuran, maka sebenarnya didalamnya-lah keselamatan.” semoga Alloh SWT membimbing kita untuk selalu jujur.
Sumber:
http://www.eramuslim.com/oase-iman/berlaku-jujur.htm
http://www.eramuslim.com/oase-iman/berlaku-jujur.htm
0 komentar: