Tweet |
Sebuah terobosan langka dilakukan penggiat pendidikan Islam di
Indonesia. Sabtu, 8/10, bertempat di STEKPI Kalibata, Majalah Gontor
bekerjasama dengan Klinik Pendidikan MIPA (KPM) menggelar lomba
matematika dan studi Islam bertajuk Fakhruddin Ar Razi Competition. Bisa
dikatakan ini adalah kompetisi pertama di Indonesia bahkan di dunia
yang menggabungkan studi Islam dan matematika.
Perlombaan ini pun diikuti antusias oleh para siswa. Tercatat tidak
kurang dari 650 siswa SD, MI, SMP dan MTS seluruh Jabotabek dan
kota-kota ikut ambil bagian.
Asep Sobari, selaku redaktur Majalah Gontor, menyatakan bahwa acara
ini dilaksanakan untuk menutupi kesenjangan antara dikotomi antara ilmu
agama dan sains yang terjadi ditengah pendidikan di Indonesia. “Masalah
pendidikan sekarang ini adalah dikotomi antara ilmu keduniaan dan ilmu
agama. Padahal dalam sejarah Islam, kedua ilmu itu saling melengkapi.”
Asep menjelaskan.
Sejak zaman Rasulullah dan Sahabat, kata Asep, output sebuah
pendidikan selalu terintegrasi antara keduanya. Rasulullah demikian
menitikberatkan penguasaan ilmu agama dan ilmu umum sebagai kompetensi
seorang muslim. Maka itu, dengan acara ini, diharapkan para praktisi
pendidikan dan siswa tergerak tidak saja menguasai ilmu agama, tapi juga
sains.
“Suatu ketika, kita berharap juara Olimpiade matematika Internasional
adalah anak yang hafal qur’an. Dan ini adalah satu terobosan yang
benar-benar baru. Anak-anak yang maju dalam sains tidak mustahil untuk
menguasai tafsir,” tambah pakar Sirah yang juga alumni Universitas Islam
Madinah ini.
Perihal dipilihnya matematika sebagai padanan untuk disandingkan
dengan studi Islam, Adnin Armas Pemimpin Redaksi Majalah Gontor,
memiliki jawaban sendiri. Menurutnya, matematika memiliki peran
strategis untuk kepentingan umat muslim. Bahkan ulama kenamaan Islam,
Fakhruddin Ar-razi (1149-1210) menyatakan bahwa hukum mempelajari
matematika adalah wajib.
“Fakhruddin Ar Razi mengatakan bahwa orang yang tidak tahu kiblat,
hanya bisa yakin arah kiblat dengan bukti matematika. Sama halnya bagi
Imam Ghazali yang mengatakan bahwa mempelajari matematika, kedokteran,
fisika, dan ilmu-ilmu eksakta lainnya adalah fardhu kifayah,” terang
kandidat Doktor Pemikiran Islam di ISTAC Malaysia ini di depan para
orangtua murid.
Sosok Fakhruddin Ar Razi yang dijadikan nama kompetisi ini memang
sangat langka. Ia tergolong ulama ensiklopedis. Selain menguasai ilmu
tafsir, Ar Razi juga pakar dalam bidang fisika, hadis disamping
penguasaan pada bidang astronomi.
“Untuk Surat Al Fatihah saja, ia menulis tafsir sebanyak 500 halaman.
Namun disamping itu ia juga menguasai kedokteran, astronomi, fisika,
dan matematika.” Kata Adnin yang mengambil thesis master mengenai ulama
yang kerap berkeliling dunia untuk meluruskan pemikiran sesat kala itu.
Selain hafiz Qur’an dan ratusan ribu hadis, Fakhruddin Ar Razi juga
menghafal kitab-kitab ulama kenamaan saat itu. “Aku diizinkan belajar
ilmu kalam setelah menghafal 12.000 halaman.” Jelas Adnin membacakan
tulisan Fakhruddin Ar Razi. “Dan itu bukan hanya satu buku, tapi ada
tiga buku tentang hadis.” tukasnya.
“Ia menghafal buku Imamul Haramayn al Juwayni, as Syamil fi Usuluddin. Dua buku usul fikih, yaitu Al Mustasfa karya Imam Ghazali, dan al Mu’tamad, karya Abul Husayn al-Basri.” Sambungnya. (Pz)
Sumber:
http://www.eramuslim.com/berita/nasional/suatu-ketika-juara-olimpiade-matematika-siswa-hafiz-qur-an.htm
0 komentar: